Tugas
: softskill
Mata Kuliah
: Sistem Informasi Manajemen
SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman yang pesat menuntut perusahaan yang
ada saat ini harus memiliki keunggulan dalam menjalankan proses bisnisnya agar
tetap bertahan dalam dunia bisnis, oleh karena itu saat ini banyak perusahaan
yang mulai memanfaatkan sistem dan teknologi informasi sebagai komponen utama
dalam mencapai keunggulan dalam berkompetisi dalam bisnis. Kebutuhan efisiensi
waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan
teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Sistem informasi manajemen
menitikberatkan pada informasi untuk suatu keputusan terstruktur atau informasi
yang dapat diantisipasi. Hal tersebut mungkin tampak sederhana, tetapi sebenarnya
menyediakan informasi untuk membantu manajer-manajer dalam membuat dan
memutuskan keputusan-keputusan terkait pekerjaan yang sangat sulit dan
kompleks. Sistem informasi manajemen memainkan peranan penting dalam penyusunan
rencana strategis, pembuatan keputusan, dan pengontrolan kegiatan-kegiatan
untuk dapat mengukur tingkat keberhasilannya.
Sistem merupakan sekumpulan hal yang atau kegiatan atau
elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan
cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu
fungsi guna mencapai suatu tujuan (Sutanta 2003). Sistem informasi (SI),
teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses bisnis, pengambilan keputusan manajerial, dan
kerja sama kelompok kerja, hingga dapat memperkuat posisi kompetitif perusahaan
dalam pasar yang cepat sekali berubah (O’Brien dan Marakas, 2011).
Perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi
adalah gabungan dari aktivitas pengembangan sistem dan teknologi informasi
serta perencanaan strategi bisnis sehingga menghasilkan perpaduan yang sangat
menguntungkan untuk meningkatkan proses bisnis dan kegiatan secara keseluruhan
dari perusahaan tersebut. Dengan penerapan sistem dan teknologi informasi yang
baik, maka akan menghasilkan informasi yang tepat dan cepat, sehingga akan
membantu para manajer dalam menentukan strategi-strategi bisnis yang tepat dan
cepat untuk mencapai visi dan misi perusahaan dengan cara menyediakan
informasi-informasi yang dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan bagi para
pembuat keputusan. Perencanaan sumber daya perusahaan adalah sistem
lintas-fungsional perusahaan yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi banyak
proses bisnis internal perusahaan, terutama dalam manufaktur, logistik,
distribusi, akuntansi, keuangan, dan fungsi sumber daya manusia dari bisnis.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
faktor faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dan kesuksesan dalam
pembangunan dan penerapan sistem informasi di suatu perusahaan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Terminologi, Motivasi, dan Utilisasi
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI) teknologi
elektronik untuk pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data serta penyajian
dan penyebaran informasi (Gunton 1993). Tulang punggung TI adalah (1)
teknologi komputer dan (2) teknologi telekomunikasi. Data dapat berasal dari
lokasi yang dekat maupun jauh dalam berbagai media/bentuk (multimedia) berupa:
teks, gambar (citra), suara (audio), video, dan grafik untuk diolah
menjadi informasi. Selanjutnya informasi juga perlu disebarkan dan ditampilkan
pada berbagai lokasi yang mungkin berjauhan. Rantai produksi informasi ini
perlu seyogyanya berjalan dalam waktu yang cepat (real time) agar
dapat segera dimanfaatkan oleh pengguna. Dalam hal ini dukungan TI mutlak
diperlukan. Dengan dukungan TI, pergerakan fisik (pergerakan orang, kendaraan,
& barang) perlu diminimisasi dan digantikan dengan pergerakan data
elektronik. Hal ini melahirkan pardigma baru dalam interaksi manusia, yaitu
mengarah kepada EDI (Electronic
Data Interchange). Transaksi perbankan yang tadinya perlu
pergerakan orang dan pergerakan barang berupa uang, dapat digantikan dengan
pergerakan data elektronik melalui fasilitase-banking (electronic banking). Demikian juga transaksi perbelanjaan (shopping)
telah digantikan dengan fasilitas e-shopping (electronic
shopping). Pertemuan (meeting) yang
tadinya memerlukan pergerakan telah diganti dengan e-meeting (electronic meeting) dengan melalui teleconference, computer conference, video
conference. Dan masih banyak contoh lain untuk e-business yang lain yang mengadopsi paradigma baru ini. Beberapa
enterprise telah terbukti dapat meningkatkan daya saingnya (competitive power) dengan memanfaatkan paradigma EDI dengan dukungan TI.
Komputer adalah mesin yang dapat menerima,
menterjemahkan, dan mengeksekusi sederetan instruksi-instruksi (program) untuk
menerima dan mengolah data guna menghasilkan suatu informasi yang diperlukan.
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan langsung oleh manusia maupun mesin
(komputer dan peralatan lain seperti telepon, fax, printer) atau diumpankan
untuk mengontrol mesin seperti mesin pemananas, mesin bubut, mesin bor,
peralatan isyarat bahaya (alarm). Komputer terdiri dari 3 komponen utama: (1) unit
pengolah pusat (CPU/Central
Processing Unit), (2) unit input-output (I/O), dan (3) unit
memori (Gunton 1993).
Sistem
Komputer = Komputer (hardware) + Software + Data
Walaupun komputer dapat digunakan untuk pengolahan dan penyimpanan data, namun
perlu dukungan teknologi telekomunikasi untuk komunikasi data & informasi
dari satu tempat ke tempat lain. Telekomunikasi adalah pengiriman informasi
(teks, gambar, suara, video) jarak jauh dari satu tempat ke tempat lain.
Telekomunikasi menyediakan sarana transmisi distribusi data & informasi
melalui media kabel (misalnya serat optik (fiber optic),
kabel koaksial (coaxial
cable)) maupun yang non-kabel (wireless)
seperti satelit, gelombang radio, gelombang cahaya, gelombang ultrasonik.
Beberapa komputer yang perlu berkomunikasi perlu dihubungkan dengan jaringan
telekomunikasi sehingga membentuk jaringan kerja komputer (computer network) seperti Internet yang merupakan jaringan komputer
terbesar di dunia saat ini yang menghubungan banyak negara. Jaringan komputer
dapat mencakup area yang luas (antar negara, antar kota atau propinsi), dan ini
masuk dalam kategori WAN (Wide
Area Network). Sedangkan jaringan yang mencakup area yang
tidak luas (antar gedung, antar ruang) masuk dalam kategori LAN (Local Area Network).
Saat ini trend
business telah mengarah kepada bentuk internetworked enterprise, yaitu aliansi enterprise yang mendayagunakan jaringan
komputer yang memungkinkan pertukaran informasi yang akurat, cepat dan aman
untuk mengembangkan skala bisnis dan daya saingnya dengan koordinasi dan
kooperasi yang lebih baik (Seminar, KB dan Solahudin, 2010).
2.2 Sistem Informasi
Menurut Leitch (2004), sistem informasi adalah suatu
sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi
dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan. Tujuan dari sistem informasi itu sendiri
adalah untuk menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan
manajemen, untuk membantu petugas didalam melaksanakan operasi perusahaan dari
hari ke hari dan menyediakan informasi yang layak untuk pemakai pihak luar
perusahaan. Perlu dipahami bahwa Sistem Informasi (SI) adalah industri
informasi yang mengolah data (bahan mentah) menjadi informasi (Gambar 2).
Kualitas produk berupa informasi menjadi ukuran akan keberhasilan dari suatu
industri informasi. Jika kualitas informasinya prima, berarti industri atau
sistem informasinya prima. Tiga peran penting sistem informasi pada bisnis
perusahaan menurut O’Brien dan Marakas (2011) adalah mendukung proses bisnis
dan operasi, dukungan pengambilan keputusan oleh karyawan dan manajer, dan
mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif.
Komponen Sistem Informasi antara lain :
1. Manusia (Brainware)
Sumberdaya manusia meliputi pengguna akhir (end users) dan
pengelola sistem (system
information managing team). Pengguna akhir adalah
meraka yang menggunakan sistem informasi ataupun informasinya saja, dapat
berupa individu ataupun organisasi. Sedangkan pengelola sistem adalah mereka
yang membangun, mengoperasikan, dan merawat sistem informasi.
2. Perangkat Keras (Hardware)
Sumberdaya perangkat keras mencakup mesin pengolah (processing machine), repositori (media penyimpanan) data (memory),
pencetak informasi, dan unit Input/Output (peripherals)
seperti scanner, stylus pen, camera, digitizer, mouse, light pen, key-board,
terminals (monitors), printer, plotter, microphone, speaker, modem, data
display. Suatu sistem informasi yang menggunakan basis sistem komputer sebagai processing machine, lebih dikenal dengan istilah CBIS (Computer-Based Information
System). Dalam paper ini konteks diskusi kita adalah
CBIS.
3. Perangkat Lunak (Software
Sumberdaya perangkat lunak mencakup sekumpulan
aturan-aturan atau panduan untuk kelangsungan aktivitas sistem informasi,
progam aplikasi komputer, program pengembangan, dan program sistem operasi (Operating System Software).
4. Jaringan (Netware)
Sumberdaya jaringan meliputi seluruh sarana untuk
telekomunikasi yang meliputi media telekomunikasi, prosesor telekomunikasi,
aliran (jalur) telekomunikasi, topologi & aturan (protokol) telekomunikasi,
keamanan serta zona telekomunikasi.
5. Data (Dataware)
Sumberdaya data meliputi semua fakta-fakta hasil
pengukuran, pengamatan, perhitungan, atau transaksi yang perlu dihimpun dan
disimpan untuk mendukung keseluruhan aktivitas sistem informasi. Informasi
berbeda dari data. Informasi adalah data yang telah diolah dan disajikan dalam
konteks yang bermanfaat bagi pengguna. Oleh sebab itu untuk menentukan data apa
yang harus dihimpun dan disimpan, tergantung dari informasi apa yang diperlukan
oleh pengguna maupun pengelola sistem informasi. Data yang dihimpun dapat
berupa teks, citra (image), audio, atau video atau gabungan dari data-data
tersebut yang dikenal dengan data multimedia.
Aktivitas Sistem Informasi antara
lain :
1. Pengumpulan Data (Data Collecting)
Aktivitas ini meliputi pengumpulan data dari berbagai
sumber yang diperlukan, strukturisasi dan kodifikasi data, hingga entri
(pemasukan) data. Pemasukan data dapat dilakukan secara manual (melalui keyboard, scanner, digitizer, stylus
pen) atau non-manual, misalnya melalui pesawat
tilpun atau fax, camera, sensor ukur yang dihubungkan langsung (interfaced) ke
sistem komputer. Pemilihan alat untuk data entry ini sangat bervariasi
tergantung dari jenis, bentuk, volume, serta lokasi data yang akan dimasukkan
ke sistem komputer. Prinsipnya adalah bagaimana agar dalam entri data ini
kelambatan dan kesalahan manusia (human’s errori) dapat
diminimalisasi. Jika potensi kesalahan yang terjadi masih besar, maka berlaku
kondisi GIGO
(Garbage in Garbage Out), artinya data masuk yang
salah adalah “sampah” sehingga produk informasinyapun akan setara dengan
“sampah”.
2. Pengolahan Data (Data Processing)
Aktivitas ini meliputi komputasi & analisis
(matematik, staistik numerik, ataupun logik), komparasi data, pengurutan data (data sorting), konversi data, meringkas data (data summarizing), klasifikasi & organisasi data, validasi &
verifikasi data, pembaharuan dan penghapusan data, serta pelacakan data (data search).
3. Penyimpanan Data (Data Storing)
Aktivitas ini mencakup pengorganisasian (strukturisasi,
kodifikasi, indeksasi) dan penyimpanan data dalam media penyimpanan komputer
sehingga dapat dengan mudah dan cepat untuk diakses bagi kepentingan aktivitas
keseluruhan sistem informasi.
4. Penyebaran informasi (Information Dissemination)
Aktivitas ini dimulai dari produksi informasi, penyajian
informasi, pembuatan laporan (report
production), pencetakan informasi, klasifikasi
informasi, serta penyampaiannya ke pengguna atau yang memerlukannya.
5. Kontrol Terhadap Sistem
Aktivitas ini meliputi auditing (evaluasi dan pemantauan
terhadap komponen, aktivitas, dan kinerja sistem informasi), pengamanan (security)
sistem, pengaturan pemakaian sistem, pemantauan kesesuaian informasi dengan
kebutuhan pengguna, pengaturan hak dan wewenang, pengorganisasian dan
peningkatan kemampuan tim pengelola, serta pelaksanaan sistem reward & penalty.
BAB
III
PEMBAHASAN
2.1 Penerapan Sistem Informasi Pada
Perusahaan
Perusahaan adalah suatu sistem fisik yang dikelola dengan
menggunakan sistem konseptual. Sistem perusahaan merupakan sistem lingkaran
tertutup dalam arti dikendalikan oleh manajemen, menggunakan umpan balik untuk
mengawasi pelaksanaan agar dapat mencapai suatu tujuan. Perusahaan juga
merupakan suatu sistem terbuka, dalam arti berhubungan dengan lingkunganya.
Sebuah perusahaan mengambil sumber daya dari lingkungannya, mengubah sumber
daya tersebut menjadi barang dan jasa, dan mengembalikan sumber daya yang telah
diubah kepada lingkungannya. Lingkungan merupakan alasan utama keberadaan
perusahaan. Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) muncul karena manajer tidak puas
hanya menghitung apa yang telah terjadi dalam bisnis, mereka ingin
mengendalikan operasi dan merencanakan masa depan. Kebutuhan ini memerlukan
data akuntansi untuk menciptakan informasi yang diperlukan. Laporan
menyampaikan informasi dan model matematika dikembangkan untuk memperkirakan
permintaan produk, mengoptimalkan penggunaan sumber daya manufakatur, serta
menyampaikan produk kekonsumen. Walau istilah sistem informasi manajemen tetap,
sekarang perannya lebih dari sekedar mengoptimalkan operasi. Istilah SIM
terutama digunakan untuk menjelaskan sistem informasi yang membantu para
manajer dalam melaksanakan aktivitas mereka dibandingkan dengan sistem
informasi yang sekedar menjelaskan apa yang telah terjadi. Perusahaan yang
aktivitas operasionalnya masih manual ketika mencoba menggunakan suatu teknologi
komputer untuk pemrosesan data, maka masalah pertama yang dihadapi adalah
besarnya pembiayaan yang harus dikeluarkan. Pembiayaan ini dapat berupa biaya
pembelian hardware, pembangunan sistem, dan penyiapan infrastruktur, baik
sumber daya manusia maupun teknis. Sementara perusahaan yang sudah memiliki
sistem pemrosesan data terkomputerisasi, ketika melakukan pengembangan sistem
informasi akan menghadapi masalah pada aspek fisik dan non-fisik. Aspek fisik
meliputi biaya pengembangan, up grading hardware dan
penciptaan infrastruktur tertentu, sedangkan aspek non-fisik meliputi tingkat
penerimaan user, dukungan manajemen dan kualitas sistem informasi.
Penerapan sistem informasi di suatu perusahaan merupakan
salah satu cara dalam memenangkan persaingan yang semakin ketat dan menjadikan
informasi sebagai sumberdaya yang harus dikelola dengan tepat, sehingga
tercipta suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung
kegiatan operasional, manajemen dan fungsi penentu pengambilan keputusan bisnis
yang tepat. Penerapan sistem informasi baru juga akan mengalami masalah yang
jika tidak diselesaikan akan menimbulkan inefisiensi dan inefektivitas dalam
pemberdayaan sumber daya potensial. Oleh karena itu, sebelum melakukan upaya
pengembangan dan implementasi, harus dilakukan proses konsiderasi secara
multidimensi terhadap berbagai variabel yang mungkin berpengaruh terhadap
kesuksesan suatu sistem baru.
Informasi umum yang diperlukan manajer mengikuti pola
yang mendasar pada sifat kegiatan pada suatu lapisan manajerial. Sebagian besar
sistem informasi unruk manajer lapis terbawah didasarkan pada kegiatan operasi
dan sistem informasilah yang memproses transaksi kegiatan di dalam organisasi,
inilah yang dikenal dengan perancangan dari bawah ke atas (bottom-up design).
Sistem pemrosesan transaksi dan sistem informasi lapis terbawah biasanya
dikembangkan dengan cara saling berhubungan. Yang lebih penting bagi para
manajer daripada pengetahuan tentang teknologi komputer adalah pengetahuan
tentang sistem informasi yakni sistem yang diciptakan para analis dan manajer
guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinya
organisasi.
Sistem informasi untuk manajemen puncak harus memiliki
fokus eksternal dan berorientasi pada masa depan. Oleh sebab itu sistem
informasi perencanaan harus dikaitkan dengan keperluan manajemen puncak artinya
bahwa mereka harus dikembangkan lebih bebas (tidak berkaitan) dari sistem
pemrosesan transaksi dan sistem pengendalian operasi. Syarat utama dari
perancang sistem perencanaan pada manajerial puncak adalah pengetahuan tentang
proses manajemen dan perencanaan pada lapis manajer senior dan memiliki
pengetahuan tentang sistem informasi dan perancangannya.
3.2 Faktor-faktor Penentu Keberhasilan
Sistem Informasi Pada Perusahaan
O’Brien dan Marakas (2009) menyatakan bahwa
terdapat beberapa alasan yang menyebabkan sukses atau tidaknya suatu
organisasi/perusahaan dalam menerapkan sistem informasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesukesan penerapan sistem informasi, antara lain adanya dukungan
dari manajemen eksekutif, keterlibatan end user (pemakai
akhir), penggunaan kebutuhan perusahaan yang jelas, perencanaan yang matang,
dan harapan perusahaan yang nyata. Sementara alasan kegagalan penerapan sistem
informasi antara lain karena kurangnya dukungan manajemen eksekutif dan
input dari end-user, pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang tidak lengkap
dan selalu berubah-ubah, serta inkompetensi secara teknologi. Yang diuraikan
sebagai berikut :
1.
1. Kurangnya
dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen
Persetujuan dari semua level manajemen terhadap suatu
proyek sistem informasi membuat proyek tersebut akan dipersepsikan positif oleh
pengguna dan staf pelayanan teknis informasi. Dukungan tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap waktu dan tenaga yang telah
dicurahkan pada proyek tersebut, dukungan bahwa proyek akan menerima cukup
dana, serta berbagai perubahan organisasi yang diperlukan. Dengan demikian,
kurangnya komitmen eksekutif puncak untuk terlibat lebih jauh dalam proyek
mengakibatkan penerapan sistem informasi perusahaan menjadi sia-sia.
Keterlibatan eksekutif dalam pengembangan sistem
informasi di perusahaan juga menentukan kesuksesan proses sosialisasi sistem
informasi. Proses sosialisasi sistem informasi yang baru merupakan proses
perubahan organisasional. Kebanyakan orang dalam organisasi akan bertahan,
karena perubahan mengandung ketidakpastian dan ancaman bagi posisi dan peran
mereka. Akan tetapi, proses perubahan organisasional ini diperlukan untuk
manajemen perubahan selama proses sosialisasi sistem informasi baru. Beberapa
resiko dan konsekuensi manajemen yang tidak tepat dalam pengembangan sistem
informasi adalah sebagai berikut.
v Biaya yang berlebih-lebihan sehingga melampaui
anggaran.
v Melampaui waktu yang telah diperkirakan.
v Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang
berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan.
v Gagal dalam memperoleh manfaat yang diperkirakan.
1.
2. Kurangnya
keterlibatan atau input dari end user (pemakai akhir)
Sikap positif dari pengguna terhadap sistem informasi
akan sangat mendukung berhasil atau tidaknya penerapan sistem informasi. Sikap
positif dalam bentuk dukungan dan kompetensi dari user,
serta hubungan yang baik antara user dengan
teknisi merupakan faktor sikap yang menguntungkan (favorable attitudes) dan sangat penting bagi berhasilnya penerapan sistem
informasi. Sikap positif menentukan tindakan, dan akan berkaitan dengan
tingkat penggunaan yang tinggi (high levels of use)
serta kepuasan (satisfaction) terhadap sistem tersebut. Disamping itu, keterlibatan
pengguna dalam desain dan
operasi sistem informasi memiliki beberapa hasil yang positif. Pertama, jika
pengguna terlibat secara mendalam dalam desain sistem, ia akan memiliki
kesempatan untuk mengadopsi sistem menurut prioritas dan
kebutuhan
bisnis, dan lebih banyak kesempatan untuk mengontrol hasil. Kedua,
pengguna cenderung untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem karena mereka
merupakan partisipan aktif dalam proses perubahan itu
sendiri. Kesenjangan komunikasi
antara pengguna dan perancang sistem informasi terjadi karena pengguna
dan spesialis sistem informasi cenderung memiliki perbedaan dalam latar
belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering
dikatakan sebagai kesenjangan
komunikasi antara pengguna dan desainer (user-designer communication gap).
1.
3. Tidak
Memiliki Perencanaan Memadai
Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak
didukung dengan perencanaan yang matang tidak akan mampu menjembatani keinginan
dan kepentingan berbagai pihak di perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem yang
dijalankan tidak sesuai dengan arah dan tujuan perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan yang tidak memiliki kompetensi inti dalam bidang
teknologi informasi sebaiknya menjadi tidak memaksakan untuk menjadi leader dalam investasi teknologi informasi.
Sebagian besar penyedia jasa teknologi informasi kurang
sensitif terhadap manajemen perusahaan, tetapi hanya fokus pada tools yang
akan dikembangkan. Kelemahan inilah yang mengharuskan perusahaan untuk
mengidentifikasi secara jelas kebutuhan dan spesifikasi sistem informasi yang
akan diterapkan berikut manfaatnya terhadap perusahaan. Kemauan perusahaan
dalam merancang penerapan sistem informasi berdasarkan
sumberdaya
yang dimiliki diyakini dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
1.
4. Inkompetensi
secara Teknologi
Kesuksesan pengembangan sistem informasi tidak hanya
bergantung pada penggunaan alat atau teknologinya saja, tetapi juga
manusia sebagai perancang dan penggunanya. Bodnar dan Hopwood
(1995) dalam Murdaningsih (2009) berpendapat bahwa perubahan dari
sistem manual ke sistem komputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan
teknologi tetapi juga perubahan perilaku dan organisasional. Sekitar 30
persen kegagalan pengembangan sistem informasi baru diakibatkan kurangnya
perhatian pada aspek organisasional. Oleh karena itu, pengembangan sistem
informasi memerlukan suatu perencanaan dan implementasi yang hati-hati, untuk
menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan (resistance to change). Sistem informasi harus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan pengguna. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan
jaminan perbaikan kinerja, bahkan menjadi kontraproduktif jika tidak didukung
oleh kesiapan sumber daya manusia dalam tahapan implementasinya. Hal ini sering
terjadi terutama pada perusahaan yang pengetahuan teknologi informasinya
rendah. Jika pengembangan sistem informasi diserahkan pada orang-orang yang
kurang berkompeten dibidangnya maka akan berakibat fatal bagi perusahaan ketika
sistem tersebut telah diterapkan.Pengembangan sistem informasi sebagai salah
satu sarana pencapaian tujuan perusahaan, sehingga keduanya harus relevan,
serta perlu disiapkan dengan baik dan matang. Selain itu, perusahaan harus
memiliki harapan yang nyata, yaitu yang ingin dicapai dan berusaha dalam
meraihnya, sehingga efektivitas dari pengembangan atau penerapan sistem
informasi dapat terjadi.
Tingkat- tingkat kemampuan pemakai akhir dapat
digolongkan sebagai berikut :
1.
Pemakai akhir tingkat menu (Menu level end
user)
Pada tingkat ini pemakai hanya mampu berkomunikasi dengan
perangkat lunak jadi dengan menggunakan menu-menu yang ditampilkan oleg
perangkat lunak berbasis Window dan mac.
2.
Pemakai akhir tingkat perintah (command level
end user)
Pada tingkat ini pemakai mampu menggunakan perangkat
lunak jadi yang lebih sekedar memilih menu (dapat menggunakan bahasa perintah
dari perangkat lunak untuk melaksanakan operasi aritmatika dan logika pada
data)
3.
Pemakai akhir (End user programmers)
Pada tingkat ini pemakai mampu menggunakan bahasa-bahasa
pemograman.
Manfaat end user computing :
1.
Menyeimbangkan kemampuan dan tantangan.
2.
Mengurangi kesenjangan komunikasi.
Resiko End user computing :
1.
Sistem yang buruk sasarannya
2.
Sistem yang buruk rancangan dan
dokumentasinya.
3.
Penggunaan sumber informasi yang tidak
efisien.
4.
Hilangnya integritas data.
5.
Hilangnya keamanan
6.
Hilangnya pengendalian.
Organisasi SIM dipercayakan pada program komputer,
pasokan, data, dokumentasi, dan fasilitas yang terus meningkat ukuran dan
nilainya. Kita harus memelihara standar kinerja, keamanan dan perilaku yang
jelas membantu kita dalam memastikan integritas dan perlindungan berbagai
aktiva ini. Karena itu, hal-hal berikut ini harus digunakan sebagai panduan
dalam melaksanakan kegiatan kerja. Namun keberhasilan program ini tergantung
pada kewaspadaan tiap anggota organisasi SIM pada nilai aktiva yang
dipercayakan kepadanya. Harus disadari bahwa pelanggaran kepercayaan ini
mengakibatkan tindakan pendisiplinan, termasuk pemberhentian.
Secara khusus para karyawan harus :
1.
Melakukan semua kegiatan tanpa kecurangan.
Hal ini mencakup pencurian atau penyalahgunaan uang, peralatan, pasokan,
dokumentasi, program komputer, atau waktu komputer.
2.
Menghindari segala tindakan yang
mengkompromikan integritas mereka. Misalnya pemalsuan catatan dan dokumen,
modifikasi program dan file produksi tanpa ijin, bersaing bisnis dengan
organisasi, atau terlibat dalam perilaku yang mungkin mempengaruhi perusahaan
atau reputasinya. Para karyawan tidak boleh menerima hadiah dari pemasok, agen
dan pihak-pihak seperti itu.
3.
Menghindari segala tindakan yang mungkin
menciptakan situasi berbahaya. Termasuk membawa senjata tersembunyi di tempat
kerja, mencederai orang lain atau mengabaikan standar keselamatan dan keamanan.
4.
Tidak menggunakan alkhohol atau obat
terlarang saat bekerja dan tidak bekerja di bawah pengaruh alkhohol atau obat
terlarang atau kondisi lain yang tidak bugar untuk bekerja.
5.
Memelihara hubungan yang sopan dan
profesional dengan para pemakai, rekan kerja dan penyelia. Tugas pekerjaan
harus dilaksanakan sesuai dengan permintaan supervisor dan manajemen serta
harus sesuai dengan standar keamanan bekerja. Setiap penemuan pelanggaran
perilaku atau keamanan harus segera dilaporkan.
6.
Berpegang pada peraturan kerja dan kebijakan
pengupahan lain.
7.
Melindungi kerahasiaan atau informasi yang
peka mengenai posisi persaingan perusahaan, rahasia dagang atau aktiva.
8.
Melakukan praktek bisnis yang sehat dalam
mengelola sumber daya perusahaan seperti sumber daya manusia, penggunaan
komputer, atau jasa luar.
BAB IV
KESIMPULAN
Penerapan sistem informasi di suatu perusahaan merupakan salah satu cara dalam
memenangkan persaingan yang semakin ketat dan menjadikan informasi sebagai
sumberdaya yang harus dikelola dengan tepat, sehingga tercipta suatu sistem
terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional,
manajemen dan fungsi penentu pengambilan keputusan bisnis yang tepat. Penerapan
sistem informasi baru juga akan mengalami masalah yang jika tidak diselesaikan
akan menimbulkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pemberdayaan sumber daya
potensial. Oleh karena itu, sebelum melakukan upaya pengembangan dan
implementasi, harus dilakukan proses konsiderasi secara multidimensi terhadap
berbagai variabel yang mungkin berpengaruh terhadap kesuksesan suatu sistem
baru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesukesan penerapan
sistem informasi, antara lain adanya dukungan dari manajemen eksekutif,
keterlibatan end
user (pemakai akhir), penggunaan kebutuhan
perusahaan yang jelas, perencanaan yang matang, dan harapan perusahaan yang
nyata. Sementara alasan kegagalan penerapan sistem informasi antara lain
karena kurangnya dukungan manajemen eksekutif dan input dari end-user,
pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang tidak lengkap dan selalu
berubah-ubah, serta inkompetensi secara teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariefiani R. 2010. Faktor penentu kesuksesan dan
kegagalan pengembangan sistem informasi di suatu perusahaan. http://rizma.blogstudent.mb.ipb.ac.id.
Gunton. 1993. A Dictionary of Information System & Computer
Science. McGraw-Hill: New York.
Kudang B. Seminar dan Solahudin, MS. 2010. Pemahaman
Teknologi Informasi dan Sistem Informasi. FATETA. IPB : Bogor
Leitch, R. A. 2004. The Chiropractic Theories: A
Textbook of Scientific Research.
Lippincott Williams and Wilkins: New Jersey.
Murdaningsih A. 2009. Analisis Pengaruh Partisipasi
pemakai terhadap Kepuasan Pemakai Sistem Informasi dalam Pengembangan Sistem
Informasi dengan Dukungan Manajemen Puncak, Komunikasi Pemakai-Pengembang,
Kompleksitas Sistem, Kompleksitas Tugas, pengaruh Pemakai sebagai Variabel
Pemoderasi [skripsi]. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
O’Brien & Marakas. 2011. Management Information System Tenth
Edition. c.Graw- Hill Companies: New York.
Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar